Imam
syafi’I rahimahullah menyebutkan dalam nasihatnya yang sangat terkenal,
bahwasanya ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara. Yaitu dengan
kecerdasan, semangat, bersungguh-sungguh, bekal(biaya), bersahabat dengan guru,
dan membutuhkan waktu yang lama.
Dari
nasihat beliau rahimahullah, dapat kita ambil pelajaran. Menuntut ilmu bukanlah
perkara yang mudah, ia membutuhkan effort yang sangat besar. Hal ini di
kuatkan dengan nasihat beliau yang terkahir, bahwasanya menuntut ilmu
membutuhkan waktu yang lama, dan menuntut kesabaran ketika meraihnya. Kesabaran
dalam menuntut ilmu meliputi kesabaran dalam waktu, kesabaran ketika duduk di
majelis ilmu, kesabaran dalam mengamalkan ilmu, kesabaran dalam bergaul bersama
penuntut ilmu dan bersabar terhadap guru yang mengajarkan ilmu. Tanpa kesabaran
niscaya keutamaan dan ketinggian ilmu tidak akan dapat kita raih.
Allah
ta’ala berfirman
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ
مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا
Artinya
: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun".(Q.S Al kahfi:60)
Imam
Asy sya’bi rahimahullahmengatakan “barangsiapa yang mengambil ilmu sekaligus
dalam waktu yang singkat, maka akan hilang dalam waktu yang singkat pula.”
Beliau juga mengatakan “ilmu hanya bisa di pelajari dengan berjalannya malam
dan siang.”
Para
nabi dan para ulama merupakan manusia yang Allah istimewakan di atas manusia
lainnya, karena ketinggian ilmu dan amal mereka. Namun dalam proses menuntut
ilmu, mereka juga membutuhkan waktu bertahun tahun ketika belajar ilmu.
Karenanya, sudah selayaknya kita mempersiapkan kesabaran untuk melewati masa
yang panjang dalam menuntut ilmu.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Tidaklah
suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya,
kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para
malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang
ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak
mengangkatnya.(H.R Muslim)
Berkumpul
dalam majelis ilmu memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah ta’ala.
Sebagaimana disabdakan oleh rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, akan
tetapi menjalaninya bukan perkara yang mudah. Bersabar ketika sang guru
menjelaskan pelajaran sangat membutuhkan taufik dan pertolongan dari Allah
ta’ala. Betapa banyak kita saksikan, seseorang yang memiliki tubuh yang kuat
namun tidak kuasa menahan kantuk ketika duduk di majelis ilmu. Karenanya Allah
ta’ala mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa ketika akhir sholat.
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya
Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan
memperbagus ibadah pada-Mu].” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih).
Kesabaran
yang selanjutnya, bersama dengan teman teman penuntut ilmu. Terkadang ketika
kita memutuskan untuk hadir dalam majelis ilmu, kita berharap bertemu dengan
orang-orang yang sempurna baik ilmu maupuan akhlaknya. Namun ternyata kita
temukan tidak sesuai dengan harapan.
Menyikapi
hal ini, haruslah memiliki penilaian dan parameter yang bijak. Jangan sampai
hal ini membuat kita makin menjauh dari keutamaan duduk di majelis ilmu. Allah
ta’ala berfirman
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ
وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ
زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن
ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.(Q.S al
kahfi:28)
Kriteria
orang-orang yang sholih dan sholihah bukanlah mereka yang tidak memiliki aib
baik dalam ilmu maupun dalam amal, akan tetapi orang-orang yang sholih sholihah
adalah mereka yang kebaikan nya lebih banyak dari keburukannya.
Kesabaran
yang harus kira persiapkan ketika menuntut ilmu ialah bersabar terhadap guru
dan beradab kepada mereka sesuai dengan arahan Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Beliau bersabda,
ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه
“Tidak
termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad
dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami)
Diriwayatkan
oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan,
تواضعوا لمن تعلمون منه
“
Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.
Sebagai
seorang manusia biasa, pastilah sang guru memiliki beberapa kesalahan dan
kekurangan. Ketika kita mengetahui hal tersebut, selayaknya sebagai murid kita
mengingatkan dengan cara yang terbaik kepada mereka. Tanpa menjatuhkan atau
mempermalukan mereka di dalam majelis.
Semoga
Allah ta’ala memberikan kesabaran kepada kita dalam menuntut ilmu dan Allah
ta’ala memberikan kepada kita manfaat yang besar dari ilmu.
Washallallahu ‘alla nabiyyina Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar