Senin, 06 Juli 2020

Perintah Untuk Taat Kepada Ulil Amri (pemerintah)



Allah ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.

 “Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.”

Imam al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-‘Izz ad-Dimasqy (terkenal dengan Ibnu Abil ‘Izz wafat th. 792 H) rahimahullah berkata: “Hukum mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan.

Agama islam telah sempurna seluruh sisinya. Karenanya semua aturan dalam kehidupan ini tinggal kita laksanakan. Mengikuti perintah dan arahan dari Allah ta’ala dan nabi shallallahu’alaihi wasallam. Mulai dar perkara-perkara pribadi sampai dengan perkara yang menyangkut khalayak ramai dalam sebuah negeri.

kasus pemberontakan terhadap pemerintah mungkin salah satu yang pernah dan masih terjadi di negeri kita, sejak Indonesia merdeka sampai saat ini. Dari setiap pemberontakan yang terjadi pasti akan memakan korban jiwa dan meninggalkan kisah. Salah satunya kisah saya.

Hari itu, tahun ajaran caturwulan satu di mulai. Sebagai siswi yang akan masuk kekelas baru, tentu sangat antusias menyambut hari pertama masuk sekolah. Lengkap dengan seragam baru merah putih, menggendong tas ransel dan mengayuh sepeda melewati jalan berkelok untuk segera tiba di sekolah.

SDN UPT II lamie. Itulah nama sekolah kami. Beralamat di gampong rantau selamat, kec kuala, Kab aceh barat, provinsi Aceh. Ketika tiba di sekolah, suasana pagi tidak seperti tahun ajaran baru sebelumnya. Halaman sekolah sepi, tidak ada satu murid pun yang datang. Baik kawan sekelas, maupun adik kelas. Kebetulan rumah bu dian salah satu guru kami berada tepat di samping
sekolah. Saya memberanikan diri untuk mengetuk rumah beliau dan mengucapkan salam. Beliau keluar sambil menjawab salam

“waalaikumsalam, Tika datang kesekolah hari ini? Teman-teman yang lain tidak ada yang datang sepertinya.”

“hari ini tahun ajaran baru pertama masuk sekolah kan bu?” saya masih tidak yakin dengan kondisi sekolah yang sepi.

“iya betul, hanya saja mungkin tidak akan ada yang datang semenjak kondisi semakin mencekam karena kontak senjata antara GAM dan TNI akhir akhir ini, Sebagian teman teman kamu ada yang minta surat pindah, untuk pindah sekolah keluar dari aceh. Sebagian ada yang langsung pergi saja.”

Setelah mendapat jawaban dari bu dian, hilang semua semangat yang sudah membara di pagi tadi. Memarkir sepeda di bawah pohon akasia sambil melihat ke halaman sekolah berharap ada teman yang datang. Membuka pintu kelas dan melihat kondisi dalam kelas. Terlihat buku di lemari berantakan, kapur warna berserak di lantai kelas. Ketika suasana hening, tiba tiba terdengar suara kring sepeda.

“Tika, sedang apa di dalam?”

Suara yang mengejutkan itu ternyata suara kak Yuli, Kakak kelas saya. Beliau duduk di kelas 5 dan saya duduk di kelas 4 kala itu. Kemudian saya coba menjelaskan kepada yuli percakapan dengan bu dian tadi.
Tidak lama setelah itu datang kak Ros teman sekelas kak Yuli, Bersama dengan saudara sepupunya Susi yang baru mau masuk sekolah.

Itulah kondisi kami pada tahun ajaran baru 2000/2001. Satu sekolah hanya tersisa 4 murid saja. Susi kelas 1, saya kelas 4, kak Ros dan kak Yuli kelas 5. Hari-hari kami selanjutnya di sekolah, berjalan apa adanya. Bu dian selalu hadir menyapa, jika kami masuk sekolah. Akan tetapi pelajaran secara normal tidak berjalan kala itu. Bu dian hanya mengarahkan kami untuk membaca buku di perpus.

Inilah salah satu efek pemberontakan GAM terhadap pemerintah RI. Kami mungkin hanya sebagian kecil dari kisah anak anak yang terkena dampak pemberontakan dalam bidang Pendidikan. Selain itu, psikis warga sipil juga sangat mengkhawatirkan. Hari-hari kami terbiasa dengan suara kontak senjata antara GAM dan TNI, sesekali suara bom dan granat juga ikut menghiasi pendengaran kami. Terkadang untuk menghibur anak anak yang masih menetap disana. Om TNI memberi kami mainan dari peluru-peluru yang sudah tidak terpakai, yang paling teringat adalah ketika mereka membuatkan liontin dari peluru. Walaupun indah, tapi itu bukan liontin yang seharusnya di pakai. Memakai liontin itu, sama saja membuat kita dalam bayang bayang kematian ketika bertemu pemberontak.

Ketika kita melihat ada beberapa kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan keinginan kita. maka sebagai seorang muslim selayaknya kita mengikuti arahan Allah ta’ala dan Rasul-nya shallallahu’alaihi wasallm dalam bersikap. Menyalakan api dengan ujaran kebencian dan tindakan lainnya, hanya akan memicu pada konflik yang lebih rumit. Klimaksnya mungkin saja yang pernah terjadi pada kami akan terulang lagi. Semoga Allah selalu menjaga negeri kita dan semoga Allah ta’ala selalu menetapkan nikmat keamanan pada negeri kita, Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar